Slider

Theme images by kelvinjay. Powered by Blogger.

Recent Tube

MOVIE SEX

MOVIE SEMI

TEEN YOUNG

Lesbian

CERITA SEX

Foto Hot

» » CERITA SEKS PEMBALASAN DOKTER POPPY

Cerita Sex Cerita Dewasa , Cerita Porno , Cerita Seks Terbaru , Cerita Sedarah , Cerita Selingkuh Cerita Mesum ,Cerita Pemerkosaan , Kisah Seks Nyata , Cerita Janda , Cerita Mahasiswi - Pembalasan Dokter Poppy ini berawal dari sebuah seminar sehari di Hotel Hilton International Jakarta, nampak seorang perempuan paruh baya berwajah manis sedang membacakan makalah tentang peranan perempuan modern dalam kehidupan rumah tangga keluarga bekerja. Dengan tenang ia membaca makalah itu sambil sesekali membuat lelucon yang tak ayal membuat para peserta seminar itu tertawa. Permasalahan yang sedang dibahas dalam seminar itu menyangkut perihal mengatasi problem perselingkuhan para suami yang selama ini memang menjadi topik hangat baik di forum resmi ataupun tidak resmi. Agen Poker Online



Beberapa peserta seminar yang terdiri dari perempuan karir, ibu-ibu rumah tangga dan para pelajar perempuan itu tampak serius mengikuti jalannya seminar yang diwarnai oleh perdebatan antara pakar sosiologi keluarga yang sengaja diundang untuk menjadi pembicara. Hadir juga beberapa orang wartawan yang meliput jalannya seminar sambil ikut sesekali mengajukan pertanyaan ke arah peserta dan pembicara. Suasana riuh ketika perempuan pembicara itu bercerita tentang seorang temannya yang bersuamikan seorang lelaki mata keranjang suka main perempuan. Berbagai pendapat keluar dalam perdebatan yang diarahkan oleh moderator.
Diakhir sesi pertama ketika para peserta mengambil waktu istirahat selama tiga puluh menit, tampak perempuan pembicara itu keluar ruangan dengan langkah cepat seperti menahan sesuatu. Ia berjalan dengan cepat menuju toilet di samping hall tempat seminar. Tetapi ketika melewati lorong menuju tempat itu ia tak sadar menabrak seseorang, akibatnya ia langsung terhenyak.
“Oh, maaf, saya tidak melihat anda, maaf ya?”, seru perempuan itu pada orang yang ditabraknya, tetapi orang itu seperti tidak mengacuhkan.
“Oke”, sahut lelaki muda berdasi itu lembut dan berlalu masuk ke dalam toilet lelaki.
Perempuan itupun bergegas ke arah toilet perempuan yang pintunya berdampingan dengan pintu toilet lelaki. Beberapa waktu lamanya perempuan itu di sana lalu tampak lelaki itu keluar dari toilet dan langsung menuju ke depan cermin besar dan mencuci tangannya. Kemudian perempuan tadi muncul dan menuju ke tempat yang sama, keduanya seketika saling melirik. “Hai”, tegur lelaki itu kini mendahului.
“Halo, anda peserta seminar?”, tanya si perempuan.
“Oh, bukan. Saya bekerja di sini, maksud saya di hotel ini”, jawab lelaki itu.
“Oh, kalau begitu kebetulan, saya rasa setelah seminar ini saya akan kontak lagi dengan manajemen hotel ini untuk mengundang sejumlah pakar dari Amerika untuk seminar masalah kesehatan ibu dan anak. Ini kartu namaku”, kata perempuan itu sambil mengulurkan tangannya pada lelaki itu. Lelaki itu mengambil secarik kertas dari dompetnya dan menyerahkannya pada perempuan itu.
“Dokter Poppy Puspita, oh ternyata Ibu ini pakar ilmu kedokteran ibu dan anak yang terkenal itu, maaf saya baru pertama kali melihat anda. Sebenarnya saya banyak membaca tulisan-tulisan Ibu yang kontroversial itu, dan saya sangat mengagumi Ibu”, mendadak lelaki itu menjadi sangat hormat.
“Ah kamu, jangan terlalu berlebihan memuji aku, dan kamu, hmm, Stevenson, wakil General Manager Hilton International Jakarta. Kamu juga hebat, manajer muda”, seru perempuan itu sambil menjabat tangan lelaki muda bernama Stevenson itu kemudian.
“Kalau begitu saya akan kontak anda mengenai masalah akomodasi dan acara seminar yang akan datang, senang bertemu anda, Stevenson”, seru perempuan itu sambil kemudian berlalu.
“Baik, Bu dokter”, jawab sahut lelaki itu dan membiarkan perempuan paruh baya itu berlalu dari ruangan di mana mereka berbicara.
Sejenak kemudian lelaki muda itu masih tampak memandangi kartu nama dokter perempuan itu, ia seperti sedang mengamati sesuatu yang aneh.
“Bukankah dokter itu cantik sekali?”, ia berkata dalam hati.
“Oh aku benar-benar tak tahu kalau ia dokter yang sering menjadi perhatian publik, begitu tampak cantik di mataku, walaupun sudah separuh baya, ia masih tampak cantik”, benaknya berbicara sendiri.
“Ah kenapa itu yang aku pikirkan?”, serunya kemudian sambil berlalu dari ruangan itu.
Sementara itu di sebuah rumah kawasan elit Menteng Jakarta pusat tampak sebuah mobil memasuki halaman luas rumah itu. Perempuan paruh baya bernama dokter Poppy itu turun dari sedan Mercy hitam dan langsung memasuki rumahnya. Wajah manis perempuan paruh baya itu tampaknya menyimpan sebuah rasa kesal dalam hati. Sudah seminggu lamanya suami perempuan itu belum pulang dari perjalanan bisnis keluar negeri. Sudah seminggu pula ia didera isu dari rekan sejawat suaminya tentang tingkah laku para pejabat dan pengusaha kalangan atas yang selalu memanfaatkan alasan perjalanan bisnis untuk mencari kepuasan birahi di luar rumah alias perselingkuhan.
Perempuan itu menghempaskan badannya ke tempat tidur empuk dalam ruangan luas itu. Ditekannya remote televisi dan menyimak berita malam yang sedang dibacakan penyiar. Tetapi tak berselang lama setelah itu dilihatnya di televisi itu seorang lelaki botak yang tak lain adalah suaminya sedang berada dalam sebuah pertemuan resmi antar pengusaha di Singapura. Tetapi yang membuat hati perempuan itu panas adalah ketika melihat suaminya merangkul seorang delegasi dagang Singapura yang masih muda dan cantik. Sejenak ia memandang tajam ke arah televisi besar itu lalu dengan gemas ia membanting remote televisi itu ke lantai setelah mematikannya.
“Ternyata apa yang digosipkan orang tentang suamiku benar terjadi, huh”, seru perempuan itu dengan hati dongkol.
“Kurang ajaaar..”, Teriaknya kemudian sambil meraih sebuah bantal guling dan menutupi mukanya.
Tak seorangpun mendengar teriakan itu karena rumah besar itu dilengkapi peredam suara pada dindingnya, sehingga empat orang pembantu di rumah itu sama sekali tidak mengetahui kalau sang nyonya mereka sedang marah dan kesal. Ia menangis sejadi-jadinya, bayang-bayang suaminya yang berkencan dengan perempuan muda dan cantik itu terus menghantui pikirannya. Hatinya semakin panas sampai ia tak sanggup menahan air matanya yang kini menetes di pipi. 
Setengah jam ia menangis, dipeluknya bantal guling itu dengan penuh rasa kesal sampai kemudian ia jatuh tertidur akibat kelelahan. Tetapi tak seberapa lama ia terkulai tiba-tiba ia terhenyak dan kembali menangis. Rupanya bayangan itu benar-benar merasuki pikirannya hingga dalam tidurnyapun ia masih membayangkan hal itu. Sejenak ia kemudian berdiri dan melangkah keluar kamar tidur itu menuju sebuah ruangan kecil di samping kamar tidurnya, ia menyalakan lampu dan langsung menuju tumpukan obat yang memenuhi sebagian ruangan yang mirip apotik keluarga. Disambarnya tas dokter yang ada di situ lalu membuka sebuah bungkusan pil penenang yang biasa diberikannya pada pasien yang panik. Ditelannya pil itu lalu meminum segelas air.
Beberapa ketika kemudian ia menjadi tenang kemudian ia menuju ke ruangan kerjanya yang tampak begitu lengkap. Di sana ia membuka beberapa buku, tetapi bebarapa lamanya kemudian perempuan itu kembali beranjak menuju kamar tidurnya. Wajahnya kini kembali cerah, seberkas senyuman terlihat dari bibirnya yang sensual. Ia duduk di depan meja rias dengan cermin besar, hatinya terus berbicara.
“Masa sih aku harus mengalah terus, kalau lelaki kurang ajar itu bisa berselingkuh kenapa aku tidak”, benaknya sambil menatap dirinya sendiri di cermin itu. Satu-persatu di lepasnya kancing pakaian kerja yang sedari tadi belum dilepasnya itu, ia tersenyum melihat keindahan tubuhnya sendiri. Bagian atas tubuhnya yang dilapisi pakaian dalam putih berenda itu memang tampak sangat mempesona. Walaupun umurnya kini sudah mencapai empat puluh tahun, tetapi tubuh itu jelas akan membuat lelaki tergiur untuk menyentuhnya.
Kini ia mulai melepaskan pakaian dalam itu hingga bagian atas tubuhnya kini terbuka. Perlahan ia berdiri dan memutar seperti memamerkan tubuhnya yang bahenol itu. Payudaranya yang besar dan tampak menantang itu diremasnya sendiri sambil mendongak membayangkan dirinya sedang bercinta dengan seorang lelaki. Kulitnya yang putih mulus dan bersih itu tampak tak kalah mempesonakan.
“Kalau suamiku itu bisa mendapat perempuan muda belia, kurasa tubuh dan wajahku lebih dari cukup untuk memikat lelaki muda”, gumamnya lagi.
“Akan kumulai sekarang juga, tapi..”, tiba-tiba pikirannya terhenti.
“Selama ini aku tak pernah mengenal dunia itu, siapakah yang akan kucari? hmm..”.
Tangannya meraih tas kerja di atas mejanyanya, dibongkarnya isi tas itu dan menemukan beberapa kartu nama, sejenak ia memperhatikannya.
“Dokter Tommy, lelaki ini suka nyeleweng tapi apa aku bisa meraih kepuasan darinya? Lelaki itu lebih tua dariku”, katanya dalam hati sambil menyisihkan kartu nama rekan dokternya itu.
“Stanley Brawijaya, ah, pejabat pajak yang korup, aku jijik pada orang seperti ini”, ia merobek kartu nama itu.
“Oh ya, lelaki muda itu, yah, lelaki muda itu, siapakah namanya, Doni?.., oh bukan. Dodi?.., oh bukan juga, ah di mana sih aku taruh kartu namanya..”, ia sibuk mencari, sampai-sampai semua isi tak kerja itu dikeluarkannya tetapi belum juga ia temukan. 
“Sial, aku lupa di mana menaruhnya”, sejenak ia berhenti mencari dan berpikir keras untuk mencoba mengingat di mana kartu nama lelaki muda gagah berumur dua puluh limaan itu. Ia begitu menyukai wajah lelaki muda yang tampak polos dan cerdas itu. Ia sudah terbayang betapa bahagianya jika lelaki muda itu mau diajak berselingkuh.
“Ahaa! Ketemu juga!”, katanya setengah berteriak ketika melihat kartu nama dengan logo Hilton International. Ia beranjak berdiri dan meraih hand phone, sejenak kemudian ia sudah tampak berbicara.
“Halo, dengan Steven, maaf Bapak Stevenson?”.
“Ya benar, saya Stevenson tapi bukan Bapak Stevenson, anda siapa”, terdengar suara ramah di seberang.
“Ah maaf, Stevenson, saya Dokter Poppy, kamu masih ingat? Kita ketemu di Rest Room hotel Hilton International tadi siang”.
“Oooh, Bu dokter, tentu dong saya ingat. Masa sih saya lupa sama Bu dokter idola saya yang cantik”.
“Eh kamu bisa saja, Stevenson”.
“Gimana Bu, ada yang bisa saya bantu?”, tanya Stevenson beberapa ketika setelah itu.
“Aku ingin membicarakan tentang seminar minggu depan untuk mempersiapkan akomodasinya, untuk itu sepertinya kita perlu berbicara”. - Agen Domino QQ
“Tidak masalah, Bu. Kapan ibu ada waktu?”
“Lho kok jadi nanya aku, ya kapan kamu luang aja dong”.
“Nggak apa-apa Bu, untuk orang seperti ibu saya selalu siap, gimana kalau besok kita makan siang bersama”.
“Hmm, rasanya aku besok ada operasi di rumah sakit. Gimana kalau sekarang saja, kita makan malam”.
“Wah kebetulan Bu, saya memang lagi lapar. baiklah kalau begitu, saya jemput ibu”.
“Oohh nggak usah, biar ibu saja yang jemput kamu, kamu di mana?”.
“wah jadi ngerepotin dong, tapi oke-lah. Saya tunggu saja di Resto Hilton, okay?”.
“Baik kalau begitu dalam sepuluh menit saya datang”, kata perempuan itu mengakhiri percakapannya.
Lalu dengan tergesa-gesa ia mengganti pakaian yang dikenakannya dengan gaun terusan dengan belahan di tengah dada. dengan gesit ia merias wajah dan tubuh yang masih tampak menawan itu hingga tak seberapa lama kemudian ia sudah tampak anggun.
“Mbok..!”, ia berteriak memanggil pembantu.
“Dalem, Nyaah!”, sahut seorang yang tiba-tiba muncul dari arah dapur.
“Malam ini ibu ndak makan di rumah, nanti kalau tuan nelpon bilang saja ibu ada operasi di rumah sakit”.
“Baik, Nyoyaah..”, sahut pembantunya mengangguk.
Sang dokter itupun berlalu meninggalkan rumahnya tanpa diantar oleh sopir. Kini sang dokter telah tampak menyantap hidangan makan malam itu bersama lelaki muda tampan bernama Stevenson yang berumur jauh di bawahnya. Maksud perempuan itu untuk mengencani Stevenson tidak dikatakannya langsung.
Mereka mula-mula hanya membicarakan perihal kontrak kerja antara kantor sang dokter dan hotel tempat Stevenson bekerja. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama, dua puluh menit kemudian mereka telah mengalihkan pembicaraan ke arah pribadi.
“Maaf lho, Steve. Kamu sudah punya pacar?”, tanya sang dokter.
“Dulu pernah punya tapi”, Stevenson tak melanjutkan kalimatnya.
“Tapi kenapa, Steve?”, sergah perempuan itu.
“Dia kawin duluan, ah, Emang bukan nasib saya deh, dia kawin sama seorang om-om senang yang cuma menyenangi tubuhnya. Namanya Rina.”
“Maaf kalau saya sampai membuat kamu ingat sama masa lalu”.
“Nggak apa-apa kok, Bu. Toh saya sudah lupa sama dia, buat apa cari pacar atau istri yang mata duitan”.
“Sukurlah kalau begitu, trus sekarang gimana perasaan kamu”.
“Maksud ibu?”.
“Perasaan kamu yang dikhianati, apa kamu masih dendam?”, tanya sang dokter seperti merasa ingin tahu.
“Sama si Rina sih nggak marah lagi, tapi sampai sekarang saya masih dendam kesumat sama om-om atau pejabat pemerintah yang seperti itu”, jelas Stevenson pada perempuan itu sembari menatapnya.
Sejenak keduanya bertemu pandang, Stevenson merasakan sebuah perasaan aneh mendesir dadanya. Hanya beberapa detik saja keduanya saling memandang sampai Stevenson tersadar siapa yang sedang dihadapinya.
“Ah, ma.., ma.., maaf, Bu. Bicara saya jadi ngawur”, kata lelaki muda itu terpatah-patah.
”Oh nggak, nggak apa-apa kok, Steve. Aku juga punya problem yang serupa dengan kamu”, jawab perempuan itu sambil kemudian mulai menceritakan masalah pribadi dalam keluarganya. Ia yang kini sudah memiliki dua anak yang bersekolah di Amerika itu sedang mengalami masalah yang cukup berat dalam rumah tangganya. dengan penuh emosi ia menceritakan masalahnya dengan suaminya yang seorang pejabat pemerintah sekaligus pengusaha terkenal itu.
“Berkali-kali aku mendengar cerita tentang kebejatan moralnya, ia pernah menghamili sekertarisnya di kantor, lalu perempuan itu ia pecat begitu saja dan membayar seorang satpam untuk mengawini wanita itu guna menutupi aibnya. Dasar lelaki bangsat”, ceritanya pada Stevenson.
“Sekarang dia sudah berhubungan lagi dengan seorang perempuan pengusaha di luar negeri. Baru tadi aku melihatnya bersama dalam sebuah berita di tv”, lanjut perempuan itu dengan raut muka yang sedih.
“Sabar, Bu. Mungkin suatu ketika dia akan sadar. Masa sih dia nggak sadar kalau memiliki istri secantik ibu”, ujar Stevenson mencoba menghiburnya.
“Aku sudah bosan bersabar terus, hatiku hancur, Steve. Kamu sudah tahu kan gimana rasanya dikhianati? Dibohongi?”, sengitnya sambil menatap lelaki muda itu dengan tatapan aneh. Perempuan itu seperti ingin mengatakan sesuatu pada Stevenson.
Beberapa menit keadaan menjadi hening. Mereka saling menatap penuh misteri. Dada Stevenson mendesir mendapat tatapan seperti itu, pikirannya bertanya-tanya.
“Ada apa ini?”, gumamnya dalam hati. Tetapi belum sempat ia menerka apa arti tatapan itu, tangannya tiba-tiba merasakan sesuatu yang lembut menyentuh, ia terhenyak dalam hati. Desiran dadanya kini berubah menjadi getaran keras di jantungnya. Tetapi belum sempat ia bereaksi atas semua itu tangan sang dokter itu telah meremas telapak tangan Stevenson dengan mesra. Kini ia menatap perempuan itu, dokter Poppy memberinya senyuman, masih misteri.
“Stevenson., kamu dan aku memiliki masalah yang saling berkaitan”, katanya perlahan.
“Ma, maksud ibu?”, Stevenson tergagap.
“Kehidupan cinta kamu dirusakkan oleh generasi seumurku, dan rumah tanggaku rusak oleh kehidupan bejat suamiku. Kita sama-sama memiliki beban ingatan yang menyakitkan dengan musuh yang sama”.
“kemudian???”.
“Kenapa tak kamu lampiaskan dendam itu padaku?”.
“Maksud ibu?”, Stevenson semakin tak mengerti.
“Aku dendam pada suamiku dan kaum mereka, dan kau punya dendam pada para pejabat yang telah mengecewakanmu. Kini kau menemukan aku, lampiaskan itu. Kalau mereka bisa menggauli generasimu mengapa kamu nggak menggauli kaum mereka? Aku istri pejabat, dan aku juga dikecewakan oleh mereka”.
“Saya masih belum mengerti, Bu”.
“Maksudku, hmm, kenapa kita tidak menjalin hubungan yang lebih dekat lagi”, jelas perempuan itu.
Stevenson semakin penasaran, ia memberanikan dirinya bertanya,
“Maksud ibu, mm, ki, ki, kita berselingkuh?”, ia berkata sambil memberanikan dirinya menatap perempuan paruh baya itu.
“Yah, kita menjalin hubungan cinta”, jawab dokter Poppy enteng.
“Tapi ibu perempuan bersuami, ibu punya keluarga”.
“Ya, tapi sudah hancur, tak ada harapan lagi. Kalau suamiku bisa mencicipi wanita muda, kenapa aku tidak bisa?”, lanjutnya semakin berani, ia bahkan merangkul pundak lelaki muda itu. Stevenson hanya terpaku.
“Ta, tapi, Bu”.
“Selama menikah, aku hanya merasakan derita, Steve. Aku ingin kejantanan sejati dari seorang lelaki. Dan lelaki itu adalah kamu, Steve”, lalu ia beranjak dari tempat duduknya mendekati Stevenson. dengan mesra diberinya lelaki muda itu sebuah kecupan. Stevenson masih tak bereaksi, ia seperti tak mempercayai kejadian itu.
“Apakah saya mimpi?”, katanya konyol.
“Tidak, Steve. Kamu nggak mimpi, ini aku, Dokter Poppy yang kamu kagumi”.
“Tapi, Bu.., ibu sudah bersuami”.
“Tolong jangan katakan itu lagi Stevenson”.
Kemudian keduanya terpaku lama, sesekali saling menatap. Pikiran Stevenson berkecamuk keras, ia tak tahu harus berkata apa lagi. Sebenarnya ia begitu gembira, tak pernah ia bermimpi apapun. Tetapi ia masih merasa ragu.
“Apakah segampang ini?”, gumamnya dalam hati.
“Cantik sekali dokter ini, biarpun umurnya jauh lebih tua dariku tapi oh tubuh dan wajahnya begitu menggiurkan, sudah lama aku memimpikan bercinta dengan perempuan istri pejabat seperti dia. Tapi”, hatinya bertanya-tanya. Sementara suasana vacum itu berlangsung begitu lama. Kini mereka duduk dalam posisi saling bersentuhan. Baru sekitar tiga puluh menit kemudian dokter Poppy tiba-tiba berdiri.
“Steve, saya ingin ngobrol lebih banyak lagi, tapi nggak di sini, kamu temui saya di Hotel Hyatt. Saya akan memesan kamar di situ. Selamat malam”, serunya kemudian berlalu meninggalkan Stevenson yang masih terpaku.
Lelaki muda itu masih terlihat melamun sampai seorang pelayan restoran datang menyapanya.
“Pak Stevenson, bapak mau pesan lagi?”.
“Eh, oh nggak, nggak, aduh saya kok ngelamun”, jawabnya tergagap mengetahui dirinya hanya terduduk sendiri.
“Teman Bapak sudah tiga puluh menit yang lalu pergi dari sini”, kata pelayan itu.
“Oh ya?”, sahut Stevenson seperti orang bodoh. Pelayan itu mengangkat bahunya sambil berlalu.
“Eh, billnya!”, panggil Stevenson.
“Sudah dibayar oleh teman Bapak”, jawab pelayan itu singkat.
Kini Stevenson semakin bingung, ia masih merasakan getaran di dadanya. Antara percaya dan tidak. Ia kemudian melangkah ke lift dan turun ke tempat parkir. Hanya satu kalimat dokter Poppy yang kini masih terngiang di telinganya. Hotel Grand Hyatt!
dengan tergesa-gesa ia menuju ke arah mobilnya. Perjalanan ke hotel yang dimaksud perempuan itu tak terasa olehnya, kini ia sudah sampai di depan pintu kamar yang ditanyakannya pada receptionis. dengan gemetar ia menekan bel di pintu kamar itu, pikirannya masih berkecamuk bingung.
“Masuk, Steve”, sambut dokter Poppy membuka pintu kamarnya. Stevenson masuk dan langsung menatap dokter Poppy yang kini telah mengenakan gaun tidur sutra yang tipis dan transparan. Ia masih tampak terpaku.
“Steve, ini memang hari pertemuan kita yang pertama tapi apakah salahnya kalau kita sama-sama saling membutuhkan”, kata dokter Poppy membuka pembicaraan.
“Cobalah realistis, Steve. Kamu juga menginginkan ini kan?”, lanjut perempuan itu kemudian mendudukkan Stevenson di pinggir tempat tidur luas itu.
Stevenson masih tampak bingung sampai sang dokter memberinya kecupan di bibirnya, ia merasakan seperti ada dorongan untuk membalasnya.
“Oh, Bu”, desahnya sambil kemudian merangkul tubuh bongsor dokter Poppy. Dadanya masih bergetar ketika merasakan kemesraan perempuan itu.
Dokter Poppy kemudian memegang pundaknya dan melucuti pakaian lelaki muda itu. dengan perlahan Stevenson juga memberanikan diri melepas ikatan tali gaun tidur sutra yang dikenakan sang dokter. Begitu tampak payudara dokter Poppy yang besar dan ranum itu, Stevenson terhenyak.
“Oh, indahnya payudara perempuan ini”, gumamnya dalam hati sambil lalu meraba payudara besar yang masih dilapisi bh itu. Tangan kirinya berusaha melepaskan kancing bh di punggung dokter Poppy. Ia semakin terbelalak ketika melihat bentuk payudara yang kini telah tak berlapis lagi.
Tanpa menunggu lagi birahi lelaki muda itu bangkit dan ia segera meraih payudara itu dan langsung mengecupnya. Dirasakannya kelembutan susu perempuan cantik paruh baya itu dengan penuh perasaan, ia kini mulai menyStevensont puting susu itu bergiliran.
“Ooohh, Stevenson, nikmat sayang., hhmm sStevensont terus sayang ooohh, ibu sayang kamu, Do, ooohh”, desah dokter Poppy yang kini mendongak merasakan sentuhan lidah dan mulut Stevenson yang menggilir kedua puting susunya. Tangan perempuan itupun mulai meraih batang kemaluan Stevenson yang sudah tegang sedari tadi, ia terhenyak merasakan besar dan panjangnya kemaluan lelaki muda itu.
“Ohh, besarnya punya kamu, Stevenson. Tangan ibu sampai nggak cukup menggenggamnya”, seru dokter Poppy kegirangan. Ia kemudian mengocok-ngocokkan kemaluan itu dengan tangannya sambil menikmati belaian lidah Stevenson di sekitar payudara dan lehernya.
Kemaluan Stevenson yang besar dan panjang itu kini tegak berdiri bagai roket yang siap meluncur ke angkasa. Lelaki muda yang sebelumnya belum pernah melakukan hubungan seks itu semakin terhenyak mendapat sentuhan lembut pada kemaluannya yang kini tegang. Ia asyik sekali mengecupi sekujur tubuh perempuan itu, Stevenson merasakan sesuatu yang sangat ia dambakan selama ini. Ia tak pernah membayangkan akan dapat menikmati hubungan seks dengan perempuan yang sangat ia kagumi ini, ia yang sebelumnya bahkan hanya menonton film biru itu kini mempraktekkan semua yang ia lihat di dalamnya. Hatinya begitu gembira, sentuhan-sentuhan lembut dari tangan halus dokter Poppy membuatnya semakin terlena.
Dengan mesra perempuan itu menuntun Stevenson untuk menikmati sekujur tubuhnya yang putih mulus itu. Dituntunnya tangan lelaki muda itu untuk membelai lembut payudaranya, lalu bergerak ke bawah menuju perutnya dan berakhir di permukaan kemaluan perempuan itu. Stevenson merasakan sesuatu yang lembut dan berbulu halus dengan belahan di tengahnya. Lelaki muda itu membelainya lembut sampai kemudian ia merasakan cairan licin membasahi permukaan kemaluan dokter Poppy.
Ia menghentikan gerakannya sejenak, lalu dengan perlahan sang dokter membaringkan tubuhnya dan membuka pahanya lebar hingga daerah kemaluan yang basah itu terlihat seperti menantang Stevenson. Lelaki muda itu terbelalak sejenak sebelum kemudian bergerak menciumi daerah itu, jari tangan dokter Poppy kemudian menarik bibir kemaluannya menjadi semakin terbuka hingga menampakkan semua isi dalam dinding kemaluannya.
Stevenson semakin terangsang, dijilatinya semua yang dilihat di situ, sebuah benda sebesar biji kacang di antara dinding kemaluan itu ia sedot masuk ke dalam mulutnya. Hal itu membuat dokter Poppy menarik nafas panjang merasakan nikmat yang begitu hebat. - Agen Capsa Online
“Ohh, hmm, Stevenson, sayang, ooohh”, desahnya mengiringi bunyi ciplakan bibir Stevenson yang bermain di permukaan kemaluannya.
dengan gemas Stevenson menjilati kemaluan itu, sementara dokter Poppy hanya bisa menjerit kecil menahan nikmat belaian lidah Stevenson. Ia hanya bisa meremas-remas sendiri payudaranya yang besar itu sambil sesekali menarik kecil rambut Stevenson.
“Aduuuh sayang, ooohh nikmaat, sayang, oooh Stevenson, ooohh pintarnya kamu sayang, ooohh nikmatnya, ooohh sStevensonoot teruuusss, ooohh enaakkk, hmm, ooohh”, jeritnya terpatah-patah.
Puas menikmati kemaluan itu, Stevenson kembali ke atas mengarahkan bibirnya kembali ke puting susu dokter Poppy. Sang dokterpun pasrah saja, ia membiarkan dirinya menikmati permainan Stevenson yang semakin buas saja. Daerah sekitar puting susunya tampak sudah kemerahan akibat sedotan mulut Stevenson.
“ooohh, Stevenson sayang. Berikan kemaluan kamu sama ibu sayang, ibu ingin mencicipinya”, pinta perempuan itu sambil beranjak bangun dan menggenggam kemaluan Stevenson. Tangannya tampak bahkan tak cukup untuk menggenggamnya, ukurannya yang super besar dan panjang membuat dokter Poppy seperti tak percaya pada apa yang dilihatnya.
Perempuan itu mulai mengulum kemaluan Stevenson, mulutnya penuh sesak oleh kepala kemaluan yang besar itu, hanya sebagian kecil saja kemaluan Stevenson yang bisa masuk ke mulutnya sementara sisanya ia kocok-kocokkan dengan telapak tangan yang ia lumuri air liurnya. Stevenson kini menikmati permainan itu.
“Auuuhh, Bu, ooohh, enaakk aahh Bu dokter, oooh nikmat sekali, mm, oooh enaknya, ooohh, ssstt, aahh”, desah lelaki muda itu mulai menikmatinya.
Tak berselang lama, Dokter Poppy melepaskan kemaluan yang besar itu lalu membaringkan dirinya kembali di pinggiran tempat tidur. Stevenson meraih kedua kaki perempuan itu dan langsung menempatkan dirinya tepat di depan selangkangan dokter Poppy yang terbuka lebar. dengan sangat perlahan Stevenson mengarahkan kemaluannya menuju lubang kemaluan yang menganga itu dan,
*Sreett.., bleeesss*
“Aduuuhh, aauuuhh… Stevenson oo, sa.., sa.., sakiiittt, kemaluanku robeeek aahh, sakiiit”, teriak dokter Poppy merasakan kemaluannya yang ternyata terlalu kecil untuk kemaluan Stevenson yang super besar, ia merasakan kemaluannya robek oleh terobosan kemaluan Stevenson. Lebih dahsyat dari ketika ia mengalami malam pertamanya.
“Stevenson sayang, punya kamu besar sekali. Kemaluanku rasanya robek Steve, main yang pelan aja ya, sayang?”, pintanya lalu pada Stevenson.
“Ouuuhh, ba.., ba.., baik, Bu”, jawab Stevenson yang tampak sudah merasa begitu nikmat dengan masuknya kemaluan ke dalam kemaluan dokter Poppy.
Kini dibelainya rambut sang dokter sambil menciumi pipinya yang halus dengan mesra. Lelaki muda itu mulai menggerakkan kemaluannya keluar masuk kemaluan dokter Poppy dengan perlahan sekali sampai beberapa menit kemudian rasa sakit yang ada dalam kemaluan perempuan itu berubah menjadi nikmat, barulah Stevenson mulai bergerak menggenjot tubuh perempuan itu dengan agak cepat. Gerakan tubuh mereka saling membentur mempertemukan kedua kemaluan mereka. Birahi birahi mereka tampak begitu membara dari gerakan yang semakin lama semakin menggairahkan, teriakan kecil kini telah berubah menjadi desah keras menahan nikmatnya hubungan seks dalam Cerita Seks Pembalasan Dokter Poppy.
Keduanya tampak semakin bersemangat, saling menindih bergilir menggenjot untuk meraih tahap demi tahap kenikmatan seks itu. Stevenson yang baru pertama kali merasakan nikmatnya hubungan seks itu benar-benar menikmati keluar masuknya kemaluan besar itu ke dalam lubang kemaluan sang dokter yang semakin lama menjadi semakin licin akibat cairan kelamin yang muali melumasi dindingnya. Demikian pula halnya dengan dokter Poppy.
Ia nampak sangat menikmati goyangan tubuh mereka, ukuran kemaluan Stevenson yang super besar dan terasa merobek lubang kemaluannya itu kini menjadi sangat nikmat menggesek di dalamnya. Ia berteriak sejadi-jadinya, tetapi bukan lagi karena merasa sakit tapi untuk mengimbangi dahsyatnya kenikmatan dari kemaluan lelaki muda itu. Tak pernah ia bayangkan akan dapat menemukan kemaluan sebesar dan sepanjang milik Stevenson, kemaluan suaminya yang bahkan ia tahu sering meminum obat untuk pembesar alat kelamin tak dapat dibandingkan dengan ukuran kemaluan Stevenson.
Baru pertama kali ini ia melihat ada kemaluan sebesar itu, panjang dan keras sekali. Membuat Cerita Seks Pembalasan Dokter Poppy sungguh bergairah. Bunyi teriakan nyaring bercampur decakan becek dari kedua alat kelamin mereka memenuhi ruangan luas di kamar suite hotel itu. Desahan mereka menahan kenikmatan itu semakin memacu gerakan mereka menjadi kian liar.
“Ooohh, ooohh, ooohh, enaak, oooh, enaknya bu, ooohh nikmat sekali ooohh”, desah Stevenson.
“mm, aahh, goyang terus, Do, ibu suka sama punya kamu, ooohh, enaknya, sayang ooohh, ibu sayang kamu Stevenson, ooohh”, balas dokter Poppy sambil terus mengimbangi genjotan tubuh lelaki muda itu dengan menggoyang pinggulnya.
Lima belas menit lebih mereka melakukannya dengan posisi itu dimana Stevenson menindih tubuh sang dokter yang mengapit dengan pahanya. Kini ketikanya mereka ingin mengganti gaya.
“Ouuuhh Stevenson sayang, ganti gaya yuuuk?”, ajak sang dokter sambil menghentikan gerakannya.
“Baik, Bu”, jawab lelaki muda itu mengiyakan.
“Kamu di bawah ya sayang? Ibu pingin goyang di atas tubuh kamu”, katanya sambil menghentikan gerakan tubuh Stevenson, lelaki muda itu mengangguk sambil perlahan melepaskan kemaluannya dari jepitan kemaluan dokter Poppy. Kemudian ia duduk sejenak mengambil nafas sambil memandangi tubuh perempuan itu.
“uuuh, cantiknya perempuan ini”, ia bergumam dalam hati lalu berbaring menunggu dokter Poppy yang sudah siap menungganginya.
Kini perempuan itu berjongkok tepat di atas pinggang Stevenson, ia sejenak menggenggam kemaluan lelaki muda itu sebelum kemudian memasukkannya kembali ke dalam lubang kemaluannya dengan perlahan dan santai. Kembali ia mendesah merasakan kemaluan itu masuk menembus dinding kemaluannya dan menerobos masuk sampai dasar lubang kemaluan yang terasa sempit oleh Stevenson.
“Ooouuuhh”, desahnya memulai gerakan menurun-naikkan pinggangnya di atas tubuh lelaki muda itu.
Stevenson meraih payudara montok yang bergantungan di dada sang dokter, sesekali ia meraih puting susu itu dengan mulutnya dan menyStevensont-nyStevensont nikmat.
Keduanya kembali terlibat adegan yang lebih seru lagi, dengan liar dokter Poppy menggoyang tubuh sesuka hati, ia tampak seperti kuda betina yang benar-benar haus seks. Ia yang baru kali ini menikmati hubungan seks dengan lelaki selain suaminya itu benar-benar tampak bergairah, ditambah dengan ukuran kemaluan Stevenson yang super besar dan panjang membuatnya menjadi begitu senang. dengan sepenuh hati ia raih kenikmatan itu detik demi detik. Tak semili meterpun ia lewatkan kenikmatan kemaluan Stevenson yang menggesek dinding dalam kemaluannya. Ia semakin berteriak sejadi-jadinya.
“Aahh, ooohh, aahh, ooohh, ooohh, enaak, ooohh, nikmaatt, sekali, Stevenson sayaanngg, ooohh Steve,, enaak sayang ooohh”, teriaknya tak karuan dengan gerakan liar di atas tubuh lelaki muda itu sembari menyebut nama Stevenson. Ia begitu menyukai lelaki muda itu.
“Ooohh Bu dokter, ooohh, ibu juga pintar mainnya, ooohh, Bu dokter cantik sekali”, balas Stevenson.
“Remas susu ibu, Steve. ooohh, sStevensont putingnya sayang, ooohh pintarnya kamu, oooh, ibu senang sama punya kamu, ooohh, nikmatnya sayang, ooohh, panjang sekali, ooohh, enaak”, lanjut sang dokter dengan gerakan yang semakin liar. Stevenson mengimbangi gerakan itu dengan mengangkat-angkat pantatnya ke arah pangkal paha dokter Poppy yang mengapitnya itu. Ia terus menghujani daerah dada sang dokter yang tampak begitu disenanginya, puting susu itupun menjadi kemerahan akibat sStevensontan mulut Stevenson yang bertubi-tubi.
Tetapi beberapa ketika kemudian sang dokter tampak tak dapat lagi menahan rasa nikmat dari kemaluan lelaki muda itu. Ia yang selama dua puluh menit menikmati permainan itu dengan garang, kini mengalami ejakulasi yang begitu hebat. Gerakannya berubah semakin cepat dan liar, diremasnya sendiri payudara montoknya sambil lebih keras lagi menghempaskan pangkal selangkangannya pada kemaluan Stevenson hingga sekitar dua menit berlalu ia berteriak panjang sebelum kemudian menghentikan gerakannya dan memeluk tubuh lelaki muda itu.
“Ooohh, ooohh, aauu, aku keluarr, Steve, aahh, aah, aku, nggak kuat lagi aku, Steve, ooohh, enaaknya, sayang, ooohh, Stevenson sayang, hhuuuh, ibu nggak tahan lagi”, jeritnya panjang sambil memeluk erat tubuh Stevenson, cairan kelamin dalam rahimnya muncrat memenuhi lubang kemaluan di mana kemaluan Stevenson masih tegang dan keras.
“Ooohh nikmat bu, ooohh punya ibu tambah licin dan nikmat, ooohh, nikmat Bu dokter, ooohh, semakin nikmat sekali Bu dokter, ooohh, enaak, mm, ooohh, uuuhh, ooohh, ooohh, nikmat sekali, uuuhh, Bu dokter cantik, aauuuhh, ssshh nikmat bu”, desah Stevenson merasakan kenikmatan dalam lubang kemaluan sang dokter yang tengah mengalami ejakulasi, kemaluan itu terasa makin menjepit kemaluannya yang terus saja menggesek dinding kemaluan itu. Kepala kemaluannya yang berada jauh di dalam lubang kemaluan perempuan itu merasakan cairan hangat menyembur dan membuat lubang kemaluan sang dokter terasa semakin nikmat dan licin.
Lelaki muda itu membalas pelukan dokter Poppy yang tampak sudah tak sanggup lagi menggoyang tubuhnya di atas tubuh Stevenson. Sejenak gerakan mereka terhenti walaupun Stevenson sedikit kecewa karena ketika itu ia rasakan kemaluan sang dokter sangat nikmat. Ia berusaha menahan birahinya yang masih saja membara dengan memberi ciuman mesra pada perempuan cantik itu.
“Oh Stevenson sayang, kamu kuat sekali mainnya sayang, aku puas sekali, ibu betul-betul merasa seperti berada di tempat yang paling indah dengan sejuta kenikmatan cinta. Kamu betul-betul jago”, katanya pada Stevenson sambil memandang wajah lelaki muda itu tepat di depan matanya, dipeluknya erat pinggang Stevenson untuk menahan goyangan kemaluan di selangkangannya.
Sejenak Dokter Poppy beristirahat di pelukan lelaki muda itu, ia terus memuji kekuatan dan kejantanan Stevenson yang sebelumnya belum pernah ia dapatkan sekalipun dari suaminya. Matanya melirik ke arah jam dinding di kamar itu.
“Stevenson..”, sapanya memecah keheningan seketika itu.
“Ya, bu?”, jawab Stevenson sambil terus memberi kecupan pada pipi dan muka sang dokter yang begitu ia senangi.
“Sudah satu jam lamanya kita bermain, kamu hebat sekali, Do”, lanjutnya terheran-heran.
“Saya baru sekali ini melakukannya, Bu”, jawab Stevenson.
“Ah masa sih, bohong kamu, Steve”, sergah dokter Poppy sambil membalas ciuman Stevenson di bibirnya.
“Benar kok, Bu. Sumpah saya baru kali ini yang pertama kalinya”, Stevenson bersikeras.
“Tapi kamu mainnya kok hebat banget? Dari mana kamu tahu gaya-gaya yang tadi kita lakukan”, lanjut sang dokter tak percaya. - Agen Sbobet
“Saya hanya menonton film, Bu”, jawab lelaki muda itu.
Beberapa menit mereka ngobrol diselingi canda dan cumbuan mesra yang membuat birahi sang dokter bangkit untuk mengulangi permainannya. Sehingga Cerita Seks Pembalasan Dokter Poppy ini pun kembali berlanjut. Dirasakannya dinding kemaluan yang tadinya merasa geli ketika mengalami ejakulasi itu mulai terangsang lagi. Stevensonpun merasakan gejala itu dari denyutan kemaluan sang dokter. Stevenson melepaskan pelukannya, lalu menempatkan diri tepat di belakang punggung sang dokter, tangannya nenuntun kemaluan besar itu ke arah permukaan lubang kemaluan dokter Poppy yang hanya pasrah membiarkannya mengatur gaya sesuka hati.
Lelaki muda itu kini berada tepat di belakang menempel di punggung sang dokter, lalu perlahan sekali ia memasukkan kemaluan besarnya ke dalam lubang sang dokter dari arah belakang pantatnya.
“Ooohh, pintarnya kamu Stevenson, oooh ibu suka gaya ini, mm, goyang teruuuss, aahh, nikmat do, ooohh, sampai pangkalnya terusss, ooohh, enaak..tarik lagi sayang ooohh, masukin lagii ooohh, sampai pangkal nya Stevenson, ooohh, sayang nikmat sekali, ooohh, oohh Stevenson, ooohh, mm, Stevenson, sayang”, desah sang dokter begitu merasakannya, atas bawah tubuhnya merasakan kenikmatan itu dengan sangat sempurna.
Tangan Stevenson meremas susunya sementara kemaluan lelaki muda itu tampak jelas keluar masuk lubang kemaluannya. Keduanya kembali terlihat bergoyang mesra meraih detik demi detik kenikmatan dari setiap gerakan yang mereka lakukan. Demikian juga dengan Stevenson yang menggoyang dari arah belakang itu, ia terus meremas payudara montok sang dokter sambil memandang wajah cantik yang membuatnya semakin bergairah.
Kecantikan Dokter Poppy yang sangat menawan itu benar-benar membuat gairah bercinta Stevenson semakin membara. dengan sepenuh hati digoyangnya tubuh bahenol dan putih mulus itu sampai-sampai suara decakan pertemuan antara pangkal pahanya dan pantat besar sang dokter terdengar keras mengiringi desahan mulut mereka yang terus mengoceh tak karuan menikmati hebatnya rasa dari permainan itu.
Sekitar dua puluh menit berlalu tampak kedua insan itu sudah tak dapat menahan lagi rasa nikmat dari permainan mereka hingga kini keduanya semakin berteriak keras sejadi-jadinya. Tampaknya mereka ingin segera menyelesaikan permainannya secara bersamaan.
“Huuuh, ooohh, ooohh, aahh, ooohh, nikmat sekali Steve, goyang lagi sayang, ooohh, ibu mau keluar sebentar lagi sayang, ooohh, goyang yang keras lagi sayang, ooohh, enaknya kemaluan kamu, ooohh, ibu nggak kuat lagi oooh”, jerit dokter Poppy.
“Uuuhh, aahh, ooohh, mm, aah, saya juga mau keluar Bu, ooohh, dokter Poppy sayaang, ooohh, mm, enaakk sekali, ooohh, ooohh, dokter sayang, ooohh, dokter cantik, ooohh, enaakk, dokter dokter sayang, ooohh, kemaluan dokter juga nikmat sekali, oooh”, teriak Stevenson juga.
“Ooohh enaknya sayang, ooohh, pintar kamu sanyang, ooohh, kocok terus, oooh, genjot yang keraass, ooohh”.
“Ooohh dokter, susunya, ooohh, saya mau sedot, ooohh”, Stevenson meraih susu sang dokter lalu menyStevensontnya dari arah samping.
“Oooh Stevenson pintarnya kamu sayang, ooohh, nikmatnya, ooohh, ibu sebentar lagi keluar sayang, ooohh, keluarin samaan yah, ooohh”, ajak sang dokter.
“Saya juga mau keluar Bu, yah kita samaan Bu dokter, ooohh, kemaluan ibu nikmat sekali, ooohh, mm, enaknya, ooohh”, teriak Stevenson sambil mempercepat lagi gerakannya.
Tetapi beberapa ketika kemudian dokter Poppy berteriak panjang mengakhiri permainannya.
“Aauuuwww, ooohh, Steve, ibu nggak tahan lagiii, keluaar, aauhh nikmatnya sayang, ooohh”, jeritnya panjang sambil membiarkan cairan kewanitaannya kembali menyembur ke arah penis Stevenson yang masih menggenjot dalam lubang kemaluannya. Stevenson merasakan gejala itu lalu berusaha sekuat tenaga untuk membuat dirinya keluar juga, beberapa ketika ia merasakan kemaluan sang dokter menjepit kemaluannya keras diiringi semburan cairan mani yang deras ke arah kemaluannya. Dan beberapa ketika kemudian ia akhirnya berteriak panjang mencapai klimaks.
“Ooohh, aahh, oooww,aahh, dokter, Poppy, sayyaang, oooh, enaak sekalii, ooohh saya juga keluaarr, ooohh”, jeritnya panjang seketika setelah sang dokter mengakhiri teriakannya.
“Stevenson sayang, ooohh, jangan di dalam sayang, ooohh, ibu nggak pakai alat kontrasepsi, ooohh, sini keluarin di luar Stevenson, sayang berikan pada ibu, oooh, enaknya, cabut sayang. Semprotkan ke Ibu, ooohh”, pintanya sembari merasakan nikmatnya denyutan kemaluan Stevenson. Ia baru sadar dirinya tak memakai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Didorongnya tubuh Stevenson sambil meraih batang kemaluan yang sedang meraih puncak kenikmatan itu.
Kemudian lelaki muda itu mencabut kemaluannya dengan tergesa-gesa dari lubang kemaluan sang dokter dan,
*Crott..crooottt.., crooott.., creeess*
Cairan kelamin Stevenson menyembur ke arah wajah sang dokter. Stevenson berdiri mengangkang di atas tubuhnya dan menyemburkan air maninya yang sangat deras dan banyak ke arah badan dan muka sang dokter. Sebagian cairan itu bahkan masuk ke mulut sang dokter.
“Ohh, sayang,terus ooohh, berikan pada ibu, ooohh, hmm, nyam, enaknya, ooohh, semprotkan pada ibu, ooohh, ibu ingin meminumnya Stevenson, ooohh, enaakkknya sayang, oooh, lezat sekali”, jerit perempuan itu kegirangan sambil menelan habis cairan mani lelaki muda itu ke dalam mulutnya, bahkan belum puas dengan itu ia kembali meraih batang kemaluan Stevenson dan menyStevensont keras batang kemaluannya dan menelan habis sisa-sisa cairan itu hingga Stevenson merasakan semua cairannya habis.
“Ooohh Bu dokter, ooohh dokter, saya puas sekali bu”, kata Stevenson sembari merangkul tubuh sang dokter dan kembali berbaring di tempat tidur.
“Kamu kuat sekali Steve, sanggup membuat ibu keluar sampai dua kali, kamu benar-benar hebat dan pintar mainnya, ibu suka sekali sama kamu. Nggak pernah sebelumnya ibu merasakan kenikmatan seperti ini dengan suami ibu. Dia bahkan tak ada apa-apanya dibanding kamu”, seru sang dokter pada Stevenson sambil mencium dada lelaki muda itu.
“Saya juga benar-benar puas sekali, Bu. Ibu memberikan kenikmatan yang nggak pernah saya rasakan sebelumnya. Sekarang saya tahu bagaimana nikmatnya bercinta”, jawab Stevenson sekenanya sambil membalas ciuman dokter Poppy. Tangannya membelai halus permukaan payudara sang dokter dan memilin-milin putingnya yang lembut.
“Tapi apakah ibu tidak merasa berdosa pada suami Ibu, kita sedang berselingkuh dan ibu punya keluarga”, sergah Stevenson sambil menatap wajah manis dokter Poppy.
“Apakah aku harus setia sampai mati sementara dia sekarang mungkin sedang asyik menikmati tubuh perempuan-perempuan lain?”.
“Benarkah?”.
“Aku pernah melihatnya sendiri, Steve. Waktu itu kami sedang berlibur di Singapura bersama kedua anakku”, lanjut sang dokter memulai ceritanya pada Stevenson.
Stevenson hanya terdiam mendengar cerita dokter Poppy. Ia menceritakan bagaimana suaminya memperkosa seorang pelayan hotel tempat mereka menginap waktu ia dan anak-anaknya sedang berenang di kolam hotel itu. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan sang pelayan keluar dari kamarnya sambil menangis histeris dan terisak menceritakan semuanya pada manajer hotel itu dan dirinya sendiri, ini lah salah satu alasan terjadinya Cerita Seks Pembalasan Dokter Poppy ini.
“Kamu bisa bayangkan, Steve. Betapa malunya ibu, sudah bertahan-tahun kami hidup bersama, dengan dua orang anak, masih saja dia berbuat seperti itu, dasar lelaki kurang ajar, bangsat dia itu”, ceritanya pada Stevenson dengan muka sedih.
“Maaf kalau saya mengungkap sisi buruk kehidupan ibu dan membuat ibu bersedih”.
“Tak apa, Steve. Ini kenyataan kok”.
Dilihatnya sang dokter meneteskan air mata,
“Saya tidak bermaksud menyinggung ibu, oh..”, Stevenson berusaha menenangkan perasaannya, ia memeluk tubuh sang dokter dan memberinya beberapa belaian mesra. Tak disangkanya dibalik kecantikan wajah dan ketenaran sang dokter ternyata perempuan itu memiliki masalah keluarga yang begitu rumit.
“Tapi saya yakin dengan tubuh dan wajah ibu yang cantik ini ibu bisa dapatkan semua yang ibu inginkan, apalagi dengan permaian ibu yang begitu nikmat seperti yang baru saja saya rasakan, bu”, Kata Stevenson menghibur sang dokter.
“Ah kamu bisa aja, Steve. Ibu kan sudah nggak muda lagi, umur ibu sekarang sudah empat puluh tiga tahun, lho?”.
“Tapi, Bu terus terang saja saya lebih senang bercinta dengan perempuan dewasa seperti ibu. Saya suka sekali bentuk tubuh ibu yang bongsor ini”, lanjut lelaki muda itu sambil memberikan ciuman di pipi sang dokter, ia mempererat pelukannya.
“Kamu mau pacaran sama ibu?”.
“Kenurut ibu apa yang kita lakukan sekarang ini bukannya selingkuh?”, tanya Stevenson.
“Kamu benar suka sama ibu?”.
“Benar, Bu. Sumpah saya suka sama Ibu”, Stevenson mengecup bibir perempuan itu.
“Oh Stevenson sayang, ibu juga suka sekali sama kamu. Jangan bosan yah, sayang?”.
“Nggak akan, bu. Ibu begitu cantik dan molek, masa sih saya mau bosan. Saya sama sekali tidak tertarik pada wanita remaja atau yang seumur. Ibu benar-benar sesuai seperti yang saya idam-idamkan selama ini. Saya selalu ingin bermain cinta dengan ibu-ibu istri pejabat. Tubuh dan goyang Bu dokter sudah membuat saya benar-benar puas”.
“Mulai sekarang kamu boleh minta ini kapan saja kamu mau, Steve. Ibu akan berikan padamu”, jawab sang dokter sambil meraba kemaluan Stevenson yang sudah tampak tertidur.
“Terima kasih, Bu. Ibu juga boleh pakai saya kapan saja ibu suka”.
“Ibu sayang kamu, Steve”.
“Saya juga, Bu. oooh dokter Poppy”, desah lelaki muda itu kemudian merasakan kemaluannya teremas tangan sang dokter.
“Oooh Stevenson, sayang..”, balas dokter Poppy menyebut namanya mesra.
Kembali mereka saling berangkulan mesra, tangan mereka meraih kemaluan masing-masing dan berusaha membangkitkan birahi untuk kembali bercinta. Stevenson meraih pantat sang dokter dengan tangan kirinya, mulutnya menyedot bibir merah sang dokter.
“Oooh dokter Poppy, sayang, ooohh”, desah Stevenson merasakan kemaluannya yang mulai bangkit lagi merasakan remasan dan belaian lembut tangan sang dokter. Sementara tangan lelaki muda itu sendiri kini meraba permukaan kemaluan dokter Poppy yang mulai terasa basah lagi.
“ooohh, uuuhh Stevenson sayang, nikmat.sayang, ooohh Stevenson, Ibu pingin lagi, Steve, ooohh, kita main lagi sayang, ooohh”, desah manja dan menggairahkan terdengar dari mulut dokter Poppy.
“Uuuhh, saya juga kepingin lagi Bu dokter, ooohh, Ibu cantik sekali, oooh, dokter Poppy sayang, ooohh, remas terus kemaluan saya Bu, ooohh”. - Agen Dewa Poker
“Ibu suka kemaluan kamu Steve, bentuknya panjang dan besar sekali. ooouuuhh, baru pertama ini ibu merasakan kemaluan seperti ini”, suara desah dokter Poppy memuji kemaluan Stevenson.
Begitu mereka tampak tak tahan lagi setelah melakukan pemanasan selama lima belas menit, lalu kembali keduanya terlibat permainan seks yang hebat sampai kira-kira pukul empat dini hari. Tak terasa oleh mereka waktu berlalu begitu cepat hingga membuat tenaga mereka terkuras habis. Dokter Poppy berhasil meraih kepuasan sebanyak empat kali sebelum kemudian Stevenson mengakhiri permainannya yang selalu lama dan membuat sang dokter kewalahan menghadapinya.
Kejantanan lelaki muda itu memang tiada duanya. Ia mampu bertahan selama itu, tubuh sang dokter yang begitu membuatnya berbirahi itu digoyangnya dengan segala macam gaya yang ia pernah lihat dalam film porno. Semua di praktikkan Stevenson, dari doggie style sampai 69 ia lakukan dengan penuh birahi. Mereka benar-benar mengumbar birahi birahi itu dengan bebas. Tak satupun tempat di ruangan itu yang terlewat, dari tempat tidur, kamar mandi, bathtub, meja kerja, toilet sampai meja makan dan sofa di ruangan itu menjadi tempat pelampiasan birahi seks mereka yang membara.
Akhirnya setelah melewati ronde demi ronde permainan itu mereka terkulai lemas saling mendekap setelah Stevenson mengalami ejakulasi bersamaan dengan orgasme dokter Poppy yang sudah empat kali itu. dengan saling berpelukan mesra dan kemaluan Stevenson yang masih berada dalam lubang kemaluan sang dokter, mereka tertidur pulas.
Malam itu benar-benar menjadi malam yang sangat indah bagi keduanya. Stevenson yang baru pertama kali merasakan kehangatan tubuh perempuan itu benar-benar merasa puas. Dokter Poppy telah memberinya sebuah kenikmatan yang selama ini sangat ia dambakan. Bertahun-tahun lamanya ia bermimpi untuk dapat meniduri istri pejabat seperti perempuan ini, kini dokter Poppy datang dengan sejuta kenikmatan yang ia berikan. Semalam suntuk penuh ia lampiaskan birahi birahinya yang telah terpendam sedemikian lama itu di tubuh sang dokter, ia lupa segalanya. Stevenson tak dapat mengingat sudah berapa kali ia buat sang dokter meronta merasakan orgasme dari hubungan seks itu. Cairan maninya terasa habis ia tumpahkan, sebagian di mulut sang dokter dan sebagian lagi disiramkan di sekujur tubuh perempuan itu.
Begitupun dengan dokter Poppy, baginya malam yang indah itu adalah malam pertama ia merasakan kenikmatan birahi yang sesungguhnya. Ia yang tak pernah sekalipun mengalami orgasme ketika bermain dengan suaminya, kini merasakan sesuatu yang sangat hebat dan nikmat. Kemaluan Stevenson dengan ukuran super besar itu telah memberinya kenikmatan maha dahsyat yang takkan pernah ia lupakan. Belasan kali sudah Stevenson membuatnya meraih puncak kenikmatan senggama, tubuhnya seperti rontok menghadapi keperkasaan anak muda itu. Umur Stevenson yang separuh umurnya itu membuat suasana hatinya sangat bergairah.
Bagaimana tidak, seorang lelaki muda tampan dan perkasa yang berumur jauh di bawahnya memberinya kenikmatan seks bagai seorang ksatria gagah perkasa. Ia sungguh-sungguh puas lahir batin sampai-sampai ia rasakan tubuhnya terkapar lemas dan tak mampu bergerak lagi, cairan kelaminnya yang terus mengucur tiada henti ketika permainan cinta itu berlangsung membuat kemaluannya terasa kering. Tetapi sekali lagi, ia merasa puas, sepuas-puasnya.
Sejak ketika itu, dokter Poppy menjalin hubungan gelap dengan dengan Stevenson. Kehidupan mereka kini penuh dengan kebahagiaan cinta yang mereka raih dari kencan-kencan rahasia yang selalu dilakukan kedua orang itu ketika suami dokter Poppy tidak di rumah. Di hotel, di apartement Stevenson atau bahkan di rumah sang dokter mereka lakukan perselingkuhan yang selalu diwarnai oleh hubungan seks yang seru tak pernah mereka lewatkan.
Terlampiaskan sudah birahi seks dan dendam pada diri mereka masing-masing. Dokter Poppy tak lagi mempermasalahkan suaminya yang suka perempuan itu. Ia bahkan tak pernah lagi mau melayani birahi birahi suaminya dengan serius. Setiap kali lelaki itu memintanya untuk bercinta ia hanya melayaninya setengah hati.
Tak ia hiraukan lagi apakah suaminya puas dengan permainan itu, ia hanya memberikan pelayanan sekedarnya sampai lelaki botak dan berperut besar itu mengeluarkan cairan kelaminnya dalam waktu singkat kurang dari tiga menit. Ingin rasanya dokter Poppy meludahi muka suaminya, lelaki tak tahu malu yang hanya mengandalkan uang dan kekuasaan. yang dengan sewenang-wenang membeli keperempuanan orang dengan uangnya. Lelaki itu tak pernah menyangka bahwa istrinya telah jatuh ke tangan seorang lelaki muda perkasa yang jauh melebihi dirinya. Ia benar-benar tertipu.

Abg Bugil , Daun Muda , Tante Girang Skandal Seks , Sangek Toket Gede , Memek Basah , Gudang Seks , Majalah Seks , Majalah Dewasa , Cerita XXX , ABG Jakarta , Cerita Seks Artis , Ngentot , Pengalaman Seks Cerita Sejenis , Cerita Sex Chinese , Chinese Mesum , Cerita Sex Kuliah , Cerita Seks Diperkosa

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply